Beban Ekonomi dan Kematian Akibat TB
Tuberkulosis (Disingkat TB) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan paling sering bermanifestasi di paru. Mikobakterium ini ditransmisikan melalui droplet di udara, sehingga seorang penderita tuberkulosis paru merupakan sumber penyebab penularan tuberkulosis paru pada populasi di sekitarnya. Sampai saat ini penyakit tuberkulosis paru masih menjadi masalah kesehatan yang utama, baik di dunia maupun di Indonesia.
Dari permasalahan kesehatan di berbagai dunia termasuk Indonesia akan berdampak ke berbagai aspek. Salah satunya yaitu aspek ekonomi dan aspek harapan hidup. Dari aspek ekonomi menimbulkan beban ekonomi bagi para penderita dan dari aspek harapan hidup yaitu harapan hidup yang tidak terlalu besar akibat penyakit yang mematikan ini.
Sekitar 75% penderita tuberkulosis paru adalah kelompok usia produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang penderita tuberkulosis dewasa akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan, hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika meninggal akibat penyakit tuberkulosis, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun, selain merugikan secara ekonomis. Tuberkulosis juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial bahkan kadang dikucilkan oleh masyarakat.
Kerugian yang diakibatkan oleh penyakit tuberkulosis bukan hanya dari aspek kesehatan semata tetapi juga dari aspek ekonomi, dengan demikian tuberkulosis merupakan ancaman terhadap cita-cita pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Karenanya perang terhadap penyakit tuberkulosis berarti pula perang terhadap kemiskinan, ketidakproduktifan dan kelemahan akibat tuberkulosis.
Banyak orang tua dan kaum remaja yang hanya terlantar di tempat tidur dan di rumah sakit yang seharusnya mereka mencari kesejahteraan bagi dirinya dan keluarganya. Tidak banyak yang memaksakan dirinya untuk tetap bekerja sehingga penyakit tersebut malah lebih parah. Sungguh ironis bagi para penderita tersebut yang menanggung beban ekonomi baik bagi dirinya maupun keluarganya selagi dia juga menanggung beban penyakit TB dan pengobatannya tersebut.
Model ini juga memperhitungkan beban biaya eknomi akibat penyakit TB dengan melihat alur kejadian dan biaya yang timbul baik pasien yang diobati maupun tidak diobati. Jenis biaya yang diperhitungkan adalah :
- Biaya medis TB dari pasien yang dirawat (medical cost of patient treated)
- Beban biaya rumah tangga untuk pasien yang diobati (household cost of patient treated)
- Kerugian produktivitas akibat disabilitas (loss of productivity due to disability)
- Kerugian produktivitas akibat kematian prematur (loss of productivity due to premature death).
Semakin tinggi rasio case notifications rate dan insidens maka semakin rendah total beban biaya ekonomi TB. Dari 40 triliun rupiah (4 Milyar USD) dengan rasio 5%, menjadi sekitar 5 triliun rupiah (500 juta USD) pada rasio 95%. Indonesia yang saat ini berada di sekitar posisi 75%, meskipun tergolong cukup baik, beban ekonomi yang masih mesti ditanggung sebesar 1,3 juta USD dengan komposisi beban paling besar adalah sektor kematian prematur (loss of productivity due to premature death) yang mencapai 1,16 juta USD.
Model juga dapat membandingkan beban biaya per orang antara yang mendapat perawatan dan tidak mendapat perawatan TB. Beban kematian prematur pasien TB yang tidak mendapat perawatan dapat mencapai 20 kali lipat ($8.800) dari pasien yang mendapat perawatan. Hal yang sama juga terjadi pasien MDB-TB—beban biaya pasien yang tidak mendapat perawatan 7 kali lipat lebih besar ($14.333).
Selain ekonomi, ada juga yang menjadi hal pokok dampak penyakit TB ini adalah kematian akibat ganasnya penyakit TB tersebut. Di Indonesia, TB adalah penyebab kematian ke-2 setelah penyakit jantung dan pembuluh darah lainnya. Selain dari itu Indonesia adalah negara ke-3 di dunia yang mempunyai penderita TB terbanyak setelah Cina dan India. Tidak dipungkiri lagi bahwa sudah banyak kasus-kasus tentang kematian akibat penyakit TB ini.
Sebenarnya kematian akibat penyakit TB ini dapat dihindari dengan cara pengobatan yang benar. Yaitu dengan cara :
- Minum obat dengan teratur dan benar sesuai dengan anjuran dokter selama 6 bulan berturut-turut tanpa terputus. Jenis, jumlah, dan dosis obat yang cukup serta teratur dalam menjalankan proses pengobatan.Bila minum obat tidak teratur maka dapat berakibat kuman TBC tidak mati, tumbuh resistensi obat, kuman menjadi kebal sehingga penyakit TBC sulit sembuh.
- Makan makanan yang baik dengan gizi yang seimbang
- Istirahat yang cukup
- Berhenti merokok, hindari minum minuman beralkohol, dan obat bius
- Anggota keluarga ikut aktif dalam memperhatikan si penderita dalam meminum obatnya secara teratur dan benar
- Dianjurkan meminum obat dalam keadaan perut kosong (pagi)
Selain itu juga pemeriksaan rutin harus dilakukan bagi penderita penyakit TBC, agar dapat memantau kemajuan pengobatan, mengetahui ada atau tidak adanya efek samping obat, memeriksa kesehatan, dan memberikan informasi yang diperlukan.
Sekian itu saja dari saya menuliskan tentang Beban Ekonomi dan Kematian Akibat TB. Saya berharap dampak-dampak tersebut tidak akan terjadi kepada siapa pun dan mari kita SEMBUHKAN TB #SembuhkanTB
Referensi :