Copyright © 2015 Nasrullah. Powered by Blogger.

Kuliah di Jepang (Ekspektasi)

Kalau di postingan sebelumnya saya membahas tentang Kuliah di STIS, maka kali ini membahas tentang Kuliah di Jepang. Eitss tapi kali ini berbeda dengan kemarin, kalo yang ini masih berupa ekspektasi / harapan / goal / tujuan / dream / mimpi / impian / cita-cita / (bisa ditambahin sendiri). Jadi lebih jelasnya saya memiliki mimpi untuk kuliah S2 di Jepang yang mungkin akan saya raih sekitar 8 atau 9 tahun kemudian dari sekarang (lama juga ya, karena saya kuliah kira-kira lulus 4 tahun lagi dan karena ikatan dinas jadi sesuai aturan harus kerja dulu minimal 4 tahun baru boleh lanjut S2).


  • Latar belakang


Pertama saya akan membahas latar belakang (kayak karya ilmiah aja) saya memiliki mimpi untuk ingin kuliah di Jepang. Keinginan saya ini bermula saat mendengarkan seminar tentang kuliah di Jepang yang diadakan di kampus saya sendiri oleh UKM Pendidikan bidang Nihongo bu. Di seminar tersebut dijelaskan oleh dosen yang pernah kuliah di Jepang sekaligus sharing tentang bagaimana cara mendapatkan beasiswa kuliah, kehidupan disana, tips memilih perguruan tinggi yang bagus dll. Dengan penjelasan yang bagus oleh para narasumber (kalau tidak salah ada 3 narasumber) membuat saya semakin tertarik untuk kuliah di Jepang. Karena ada kata "semakin tertarik" berarti ada latar belakang lagi sebelum seminar itu yang membuat saya tertarik dengan Jepang tetapi awalnya saya tidak berniat untuk kuliah melainkan jalan-jalan atau liburan. Keinginan itu ada semenjak saya suka anime (kira-kira sejak kelas 2 SMA) dan sampai sekarang masih suka (Hahaha ketahuan sangat suka anime). Tapi saat mulai suka anime itu bukan latar belakang untuk kuliah di sana melainkan  untuk liburan karena pengen liat bunga sakura, festival, Akihabara (Out of topic kayaknya wkwk). Ok kembali ke topik, jadi hubungan suka anime masih ada karena kalau kuliah di Jepang pasti bisa juga jalan-jalan kan disana malah lebih lama dari liburan. Bukan berarti kuliah di sana cuma untuk jalan-jalan harus serius juga menuntut ilmu.

  • Alasan
Ada beberapa alasan yang membuat saya ingin kuliah di Jepang :

- Tertarik dengan budaya di sana.

Alasan yang pertama saya yaitu ingin mengenal budaya Jepang. Tentu saja kalau kita tinggal dan kuliah disana pasti akan mengenal budaya di sana. Budaya di Jepang yang sangat saya ingin ketahui dan dipelajari yaitu budaya kerja, budaya menghargai waktu, budaya adab sehari-hari dll yang mungkin berbeda dengan budaya di Indonesia. Contohnya yang berbeda yaitu masalah budaya menghargai waktu. Di Jepang sangat anti dengan namanya terlambat walaupun itu cuma pertemuan gak formal (berdasarkan sepengetahuan saya di anime kalau realnya gak tahu) sedangkan di Indonesia terkenal sekali jam karetnya (bukan berarti menjelekan Indonesia tetapi itu realita). Jadi mungkin dengan saya kuliah disana saya bisa terpengaruh dengan budaya mereka (budaya yang dimaksud yaitu budaya yang positif dan tidak bertentangan dengan agama)

- Jepang merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki sistem pendidikan yang bagus.

Alasan selajutnya yaitu disana dari segi pendidikan juga bagus, bukan berarti saya mengatakan sistem pendidikan di Indonesia tidak bagus tetapi pasti ada di bidang tertentu yang Indonesia kalah dengan Jepang dalam hal pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan beberapa universitas di Jepang yang ternama di dunia, walaupun saya masih belum memikirkan untuk memilih universitas yang mana (yang mana kayaknya oke lah yang penting di Jepang).

- Mencari pengalaman lebih.

Sebenarnya ini hal pokok yang kita dapat selain ilmu saat kuliah di luar negeri yaitu pengalaman. Dengan kuliah di sana kita tahu budaya di sana (seperti yang dijelaskan sebelumnya), kehidupan di sana dll. yang mungkin memberikan pengalaman lebih dibandingkan menuntut ilmu di dalam negeri yang dari SD sampai sekarang sudah saya jalani. Sehingga saat pulang kembali ke Indonesia tidak hanya ilmu yang dibawa melainkan pengalaman.

  • Usaha saya
Usaha yang akan saya bahas yaitu usaha yang sedang dan akan saya lakukan. Usaha yang saya sedang lakukan yaitu belajar bahasa jepang walaupun sekarang secara otodidak dengan cara liat video belajar bahasa jepang di youtube, cari e-book, dan menonton anime. Jadi sekarang saya nonton anime bukan hanya untuk menonton tapi mempelajari bahasanya (jadi sekarang nonton anime lebih serius mendengarkan dari biasanya, bahkan kadang saya ulang di percakapan tertentu). Usaha itu saya lakukan karena syarat pertimbangan pihak di Jepang untuk bisa kuliah disana yaitu bisa bahasa jepang dengan tes tertentu. Jadi dengan bisa bahasa jepang peluang untuk diterima semakin besar selain nilai TOEFL dsb. Karena bisa bahasa jepang lebih diutamakan (menurut dari beberapa sumber dari internet yang saya baca).

Untuk usaha yang akan saya lakukan dalam waktu dekat yaitu belajar bahasa jepang oleh yang profesional yang syukurnya ada di kampus saya yaitu oleh UKM Nihongo bu dan mungkin semester depan saya bisa masuk UKM tersebut. Sedangkan usaha yang saya lakukan dalam waktu panjang yaitu mencari info beasiswa kuliah di Jepang (kalo ada yang tahu bisa kasih tahu saya :D ). Alasan mencari beasiswa karena sepertinya kalau bayar sendiri kemungkinan besar tidak mampu (saat ini aja bisa kuliah karena beasiswa).

Jadi itu tadi penjelasan mengenai mimpi saya yang mungkin juga kalian dan orang lain juga memiliki mimpi yang sama dengan saya. Walau saya tahu mimpi saya ini tidaklah mudah tetapi saya akan terus berusaha dan berdo'a selama sekitar 8 tahun ini mempersiapkannya.

Akhir kata, semoga mimpi dan tujuan kita dapat diraih dengan penuh kemudahan tanpa ada kendala yang berarti. Terima kasih. - N

Tulisan ini diikutsertakan dalam #WhatsYourGoalsGiveaway2016

Kuliah di STIS

Sudah sangat lama saya tidak posting di blog ini kalau tidak salah sudah hampir satu tahun (lama juga ya, kemana aja). Terakhir posting itu sekitar bulan Mei 2015 dan sekarang hampir Mei 2016. Alasan saya tidak posting satu tahun ini karena kemarin fokus mendaftar kuliah dan setelah diterima fokus kuliah di semester 1 yang penuh tantangan (bukan berarti semester 2 ini gak fokus).

Kali ini saya akan menceritakan tentang dunia pendidikan saya yang baru (yang membuat saya jarang nge-blog lagi) yaitu dunia perkuliahan dan Alhamdulillah saya diterima di kampus hebat yaitu STIS (Sekolah Tinggi Ilmu Statistik). Mungkin masih banyak yang belum tahu tentang kampus ini padahal kampus ini merupakan salah satu Perguruan Tinggi Kedinasan yang mahasiswanya mendapatkan jaminan pekerjaan (PNS) saat lulus nanti. Banyak yang akan saya bahas di postingan kali ini (karena udah setahun gak blog jadi dilampiaskan di sini).

  • Profil STIS
Pertama saya akan membahas tentang profil kampus saya terlebih dahulu.

Sekolah Tinggi Ilmu Statistik atau biasa kami singkat STIS (bacanya eS Te I eS ya bukan setis) merupakan salah satu Perguruan Tinggi Kedinasan, sama seperti PKN-STAN, STMKG, IPDN dll. Letak kampus saya ini di Jl. Otto Iskandardinata (biasa disingkat Otista) No. 64 C, Jakarta Timur (Cek Google Map kalo gak percaya). Terus yang dipelajari di kampus ini sudah jelas ya dari nama kampusnya yaitu disini kami memperdalam ilmu statistik. Statistik disini tidak hanya membahas rata-rata, modus, median dll yang dibahas di SMP dan SMA. Statistik disini lebih ke aplikasinya. Dikampus ini terdapat dua jurusan yaitu Statistika dan Komputasi Statistik yang keduanya merupakan D4 atau setara dengan S1. Dan ditahun 2016 ini ada jurusan baru yakni D3 Statistika (Saya gak tahu seperti apa karena baru ada dan masih belum ada angkatannya). Mungkin itu saja yang saya bahas untuk profil kampus saya yang saya jelaskan berdasarkan pengetahuan saya saja. Jadi kalau misal ingin tahu lebih lanjut bisa di search aja di google atau di websitenya yaitu di stis.ac.id.

  • Pengalaman Saat Seleksi Pendaftaran

Selanjutnya saya akan membahas perjuangan saya dari awal pendaftaran sampai bisa diterima di STIS.

Awal cerita yaitu bermula saat ada dua orang berpakaian dinas berwarna biru dengan gagahnya masuk ke kelas saat saya masih kelas 3 SMA. Ternyata dua orang tersebut adalah mahasiswa STIS yang sedang melakukan sosialisasi untuk mempromosikan kampus mereka. Dan ternyata salah satu dari dua orang tersebut adalah alumni dari SMA saya. Awalnya saya tidak tertarik dan tidak memperhatikan apa yang mereka sosialisasikan. Mereka pun juga mempromosikan tentang Try Out Nasional (Tonas) sebagai uji coba tes masuk STIS. Hampir setengah dikelas saya ikut kegiatan tersebut dan saya masih saja tetap tidak peduli karena saya tidak tertarik awalnya, tapi saya pernah ingat bahwa STIS ini pernah direkomendasikan guru saya ke saya saat masih kelas 2 SMA. Sehingga saya coba deh untuk ikut Tonas di Banjarmasin sekalian waktu itu saya pengen ke Gramedia untuk membeli buku persiapan SBMPTN.

Karena hujan deras saya pun terlambat 45 menit untuk ikut Tonas dan saya langsung mengerjakan soal yang telah disiapkan. Soalnya itu gampang-gampang susah dan saya juga pesimistis pasti tidak dapat hasil yang bagus karena saya tertinggal 45 menit dari peserta lainnya ditambah lagi peserta lainnya yaitu dari SMA Banua yang merupakan sekolah kumpulan anak-anak pintar di Kalimantan Selatan.

Sebenarnya alasan saya jadi tidak tertarik adalah saya tidak percaya diri bahwa saya mampu bersaing dan saya dengar tahun kemarin yang mendaftar di STIS ada sekitar 26.000 dan yang diterima hanya sekitar 500. Secara peluang sangat kecil sekali jadi itu yang membuat saya tidak tertarik. Terus apa yang membuat saya tertarik. Saya tertarik saat saya melihat hasil tonas yang telah diperingkatkan se regional (Kalimantan) dan nasional. Saya terkejut dengan hasil tersebut karena di regional kalimantan saya dapat peringkat 44 dari 300-an peserta dan di nasional saya peringkat 900-an dari ... (lupa saya). Jujur saya terkejut padahal saya tidak ada persiapan saat tonas dan terlampat pula 45 menit. Oleh karena itu saya langsung tertarik dan saya langsung kasih tahu orang tua saya bahwa saya mau daftar di STIS dan Alhamdulillah keduanya setuju walau ayah saya sedikit kurang setuju karena jauh sedangkan ibu saya sangat setuju dan malah langsung kasih uang pendaftaran. Saya pun langsung mendaftar dan belajar dengan serius setelah itu.

Tanggal 9 Mei 2015, Tahap 1 yaitu Tes akademik meliputi Matematika, Bahasa Inggris dan Pengetahuan Umum. Alhamdulillah tidak terlambat seperti sebelumnya dan juga banyak yang saya jawab terlebih di matematika (karena saya memang bisa di bidang ini) dan kurang di Bahasa Inggris (Jujur saya bego bahasa inggris). Saya pun sedikit cemas di tes tahap 1 ini karena jumlah pendaftarnya yaitu 32.000 yang artinya lebih banyak dari tahun sebelumnya. Tanggal 23 Mei 2015 adalah hari pengumuman tahap 1 dan kebetulan bertepatan dengan acara Perpisahan dan pengukuhan di SMA saya. Dari 2500 yang diterima ternyata dipengumuman tersebut ada nomor peserta saya yang artinya saya lulus di tahap 1 ini. Saya pun langsung fokus ke tahap 2 yang dilaksanakan seminggu kedepan atau 30 Mei 2015.

Pada tahap 2 ini sebenarnya tidak ada yang spesial dan yang di tes adalah psikotes (tes gambar, matematika dasar dll) yang tidak begitu sulit menurut saya dan saya pun sangat optimistis bisa lanjut ke tahap 3 dan ternyata optimistis saya terbayarkan saat pengumuman tahap 2 saya dinyatakan lolos. Pada tahap 3 sebenarnya bisa dikatakan sudah pasti 90% diterima karena hanya tes kesehatan dan wawancara dan menurut saya itu tidak jadi masalah tapi tetap dengan serius saya jalani. Dan pengumuman penentu yaitu pengumuman tahap terakhir ini. Saya awalnya agak gugup membuka file pdf yang berupa pengumaman tersebut. Saya buka dan saya cari nomor peserta saya dan Alhamdulillah ada, tanpa basa basi saya langsung pulang kerumah (kebetulan saat itu tidak dirumah) langsung memberi tahu orang tua saya dan tampak semua senang.

Saya pun siap-siap untuk ke Jakarta untuk melakukan daftar ulang dan sekaligus menetap di sana untuk kuliah. Saya ke Jakarta bersama dengan ayah saya dikarenakan wajib membawa salah satu Orang tua/Wali. Saya pun ada kendala untuk ke Jakarta yaitu uang. Mungkin ini yang membuat ayah saya kurang setuju dan saya lihat pun ayah saya bekerja lebih keras dari biasanya dan aku agak sedikit merasa bersalah tapi rasa bersalah itu hilang saat ayah saya bilang kalau bangga dengan saya yang mau berjuang untuk kuliah. Jujur saya dari keluarga miskin dan andai saya tidak dapat beasiswa kuliah seperti di STIS, saya pasti tidak bisa kuliah karena orang tua saya tidak mampu. Entah kenapa tiba-tiba biaya untuk ke Jakarta sudah ada orang tua saya punya. Dan saya dengar uang itu hasil sedikit menjual tanah, menjual padi dan berhutang di keluarga. Saya pun sedih mendengarnya tapi itu merupakan motivasi saya untuk mengganti atas apa yang orang tua korbankan untuk saya.

  • Kuliah di STIS

Saya pun resmi jadi mahasiswa STIS walau sebelumnya saya harus menjalani Masa Pengenalan dan Pembentukan Karakter (MP2K) (Sejenis Ospek gitu lah). MP2K kali ini berlangsung 1 bulan (tapi gak setiap hari juga). MP2K terdiri dari 2 kegiatan yaitu pertama di kampus dan kedua di markas TNI. Kegiatan di kampus yaitu berlangsung selama 5 hari yang kegiatannya meliputi pengenalan kampus dan indoor. Kegiatannya pun santai cuma duduk di auditorium, dengarkan kuliah umum dari beberapa narasumber dan tidak ada tuh main-main fisik jadi sumpah santai banget. Main-main fisiknya saat di Markas TNI (YonArmed Bradjamusti) di Bogor dan berlangsung juga sekitar 5 hari. Pada kegiatan ini bernama Bela Negara yang dilatih langsung oleh tentara yang kegiatannya indoor dan outdoor. Kegiatannya asyik asyik capek sih. MP2K pun diakhir dengan kegiatan inagurasi yang sebagai titik resmi kami jadi mahasiswa STIS. Dan dimasa ini lah saya bertemu dengan teman baru di kelompok saya baik kelompok saat di kampus (Kelompok Aljabar Linier) maupun saat bela negara (Pleton 4).

Setelah MP2K, kami pun dikasih libur 10 hari sebelum kuliah dan entah kenapa orang tua saya menyuruh untuk pulang padahal biaya pulang pergi Jakarta-Banjarmasin kurang lebih satu juta rupiah. Setelah mendengarkan alasannya, ternyata saya memang harus pulang karena ada kabar yang bagus karena Alhamdulillah saya mendapat beasiswa dari Dinas Pendidikan Kalsel atas meraihnya juara 3 nilai UN tertinggi di Kabupaten sebesar 50 juta rupiah. Saya pun harus pulang untuk menandatangani penerimaan uang tersebut. Saya pun kaget saat orang tua saya bilang karena saya tidak menduga akan dapat uang sebanyak itu. Dengan uang itu lah saya bisa mengganti uang yang telah orang tua saya berikan saat sebelum masuk di STIS. Dan juga saya melaksanakan Aqiqah bersama orang tua saya dan 3 saudara saya. Selain itu juga saya berikan untuk memperbaiki rumah saya dan sisanya untuk kehidupan saya sehari-hari kuliah di Jakarta tanpa minta uang lagi dengan orang tua saya kalau bisa selamanya saya tidak ingin membenani orang tua lagi.

Setelah libur yang menyenangkan saya kembali lagi ke Jakarta dan saya berada di kelas 1F sampai sekarang ini. Di kelas inilah awal saya memulai perkuliahan bersama teman-teman baru saya yang berasal dari seluruh nusantara.

Setelah satu semester kuliah dan Alhamdulillah saya tidak di DO (Drop Out/Dikeluarkan) dengan IP yang lumayan yaitu 3.7. Saat itu saya dapat libur semester dan pulang lagi ke Kalimantan Selatan sekalian untuk melakukan sosialisasi ke SMA saya. Dan sekarang saya memulai lagi kuliah di semester 2.

  • Enak dan Tidak Enak Kuliah di STIS
Dalam menjalani sesuatu pasti ada yang enak dan tidak enaknya. Dan saat kuliah di STIS pun juga sama selama satu semester ini. Enak nya kuliah di STIS yang paling umum itu cuma 3. Satu, kuliah gratis. Dua, dapat tunjangan ikatan dinas 1 juta rupiah/bulan. Tiga, ada jaminan lulus kuliah langsung jadi kerja di BPS (Badan Pusat Statistik) sebagai PNS dengan golongan 3A. Itu tadi enaknya kuliah di STIS secara umum (yang semua mahasiswa STIS rasakan) tapi selain tiga itu ada beberapa lagi yang membuat saya enak. Pertama, banyak teman dari seluruh nusantara dan kedua pengalaman hidup di ibu kota negara, Jakarta.

Sekarang membahas tidak enak (sedikit kurang enak, biar lebih halus) selama kuliah di STIS (pendapat pribadi saya saja). Pertama, agak sedikit khawatir tentang lingkungan Jakarta yang banyak kriminalitas. Kedua, jauh dari keluarga (hanya berlaku untuk perantauan dari luar jawa). Dan terakhir, mungkin ini sangat pendapat pribadi yaitu tugas kuliahnya banyak banget (resiko anak kuliah sih sebenarnya).

Ini Kampus Saya

Teman sekelas (1F)

Oke jadi itu tadi cerita dari saya yang panjang banget ini (balas dendam karena sudah setahun gak nge-blog). Saya usahakan mulai sekarang agak dirajikan nge-blog. Semoga postingan saya kali ini sedikit bermanfaat untuk kita semua. Terima kasih. -N